Kamis, 12 Desember 2013

PENGERTIAN HUMANIS

Dilihat dari segi kebahasaan, humanisme berasal dari Bahasa Latin "humanus" terdiri dari kata homo yang berarti manusia. Humanus berarti sifat manusiawi atau sesuai dengan kodrat manusia (A.Mangunhardjana dalam Haryanto Al-Fandi, 2011:71). Sebagai paham, pendukungnya disebut humanis. Paham humanis adalah suatu aliran untuk mempelajari dan menyelidiki buku-buku pengetahuan yang ditinggalkan oleh orang-orang Yunani dan Romawi. Buku-buku tersebut dicetak kembali serta diberi penjelasan. Selain humanus, terdapat istilah umanista, yakni jargon zaman Renaissance yang sejajar dengan artista (seniman) atau iurista (ahli hukum). Umanista adalah guru atau murid yang mempelajari kebudayaan, seperti gramatika, retorika, sejarah, seni puisi, atau filsafat moral.
Secara terminologi, humanisme berarti martabat dan nilai dari setiap manusia, dan semua upaya untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan alamiah (fisik - nonfisik) secara penuh. (Hasan Hanafi dalam Haryanto Al-Fandi, 2011:71).
Abdurrahman Mas’ud (2004:135) mengemukakan bahwa humanisme dimaknai sebagai kekuatan atau potensi individu untuk mengukur dan mencapai ranah ketuhanan dan menyelesaikan permasalahan-permasalah sosial. Menurut pandangan ini, individu selalu dalam proses menyempurnakan diri.
Humanisme sebagai suatu aliran dalam filsafat, memandang manusia itu bermartabat luhur, mampu menentukan nasib sendiri, dan dengan kekuatan sendiri mampu mengembangkan diri. Pandangan ini disebut pandangan humanistis atau humanisme.
Pemakaian istilah humanisme mula-mula terbatas pada pendirian yang terdapat di kalangan ahli pikir di zaman Renaissance yang mencurahkan perhatian kepada pengajaran kesusateraan Yunani dan Romawi Kuno dan kepada perikemanusiaan.
Posisi humanisme sama dengan reformasi. Keduanya sama-sama mengunggulkan pencapaian individu. Perbedaannya adalah bahwa humanisme, kebenaran yang mereka pikirkan tidak terikat pada kebenaran Tuhan. Manusia adalah pusat, bukan Tuhan. Pemikiran tersebut dipengaruhi oleh ilmu alam, kelak menjadi aliran rasionalisme. Sebaliknya aliran reformasi tidak memuja manusia dan keindahan, tetapi memuja Tuhan. Kebahagiaan bukan di dunia, melainkan di akhirat.
                                                                                       

PENGARUH MUSIK PADA GENERASI BANGSA



Monster, itulah sebutan si penulis. Dan saya bangga dengan itu. Karena itu adalah sebutan untuk sahabat, saudara, serta keluarga bagi Captain Jack Band (Band Indie Yogyakarta)
Sedikit saya jelaskan, kata “Monster” berasal dari bahasa latin, yaitu “Monstros”. Yang berarti sesuatu yang besar (keajaiban) dan sering di identikkan dengan wujud-wujud serta hal-hal yang mengerikan. Tapi motherfuck kalo menurut saya.

Mungkin orang lain yang tidak mengerti, beranggapan bahwa monster adalah pemberontak, dan pemberontak itu adalah sampah yang layak untuk dibuang. Menurut saya, itu tidak 100% benar.
Saya mengakui bahwa saya hanyalah pemberontak. Pemberontak yang berotak. Sesungguhnya pemberontak adalah penyeimbang, karena yang namanya hidup itu harus balance. Dimana jika ada pemimpin, maka harus ada pemberontak. Dan peran yang cukup sulit untuk sebagai penyeimbang.
Disini, saya hanyalah penulis amatiran yang termotivasi oleh Captain Jack Band dan mencoba untuk belajar menghargai seni . Apapun bentuknya. Karena menurut saya, seni itu tidak layak untuk dipertandingkan namun patut untuk dihargai.

Seperti hal nya di era modern ini. Banyak sekali genre dan lyric musik dari Group Band ataupun Boyband-Girlband, yang menurut saya alay dan merusak generasi bangsa. Sedangkan musisi-musisi ternama yang menulis lagu tentang oposisi dan kritisi, sekarang seolah lenyap dan hilang dari peredaran Entah mengapa dan bagaimana, terserah mereka menilai. Dan saya hargai itu.
Sungguh memprihatinkan sekali, dimana semua laki-laki harus menulis lagu tentang seberapa indahnya perempuan. Seharusnya lagu yang bisa menjadi motivasi hidup malah dicemari dengan lirik-lirik tolol, “aku tak bisa hidup tanpamu”. Seolah-olah tidak ada lagi solusi dan galau menjadi harga mati. Hidup atau mati dengan mengatasnamakan cinta. Bulshit. Laki-laki yang seharusnya tegas malah menjadi kemayu
Sedangkan Group Band genre Alternative Rock seperti Captain Jack Band, dan lain-lain yang menulis lagu tentang kejadian-kejadian dalam hidup, didepan mata kita, dibawah hidung kita, yang kebanyakan orang tidak peduli. Yang mengacu pada sebuah kejujuran, idealism, dan bukan pembodohan. Lagu yang memotivasi dimana saat kita jatuh, kita harus bisa bangkit lagi. Namun, kini Group Band seperti itu malah dipandang sebelah mata di negeri ini.
Mengapa?

Seharusnya negeri ini bersyukur masih memiliki Group Band genre Alternative Rock, seperti Captain Jack Band dan lain-lain. Karena Rock itu adalah musik oposisi, musik kritisi yang harusnya layak untuk disejajarkan dengan Group Band yang lain. Apa jadinya jika negeri ini dipenuhi dengan Group Band alay ataupun Boyband-Girlband? Ya, mungkin 10 tahun kemudian generasi bangsa akan mengalamai kebobrokan dan diperbudak oleh trend.

Si Rajin dan Si Pemalas



Si rajin, adalah seorang mahasiswa yang bisa dibilang sebagai teladan bagi teman-teman sekelasnya. Selalu menjadi perhatian dosen dan  dipandang sebagai seorang mahasiswa yang smart. Datang tepat waktu, berpenampilan rapi,  tidak pernah absen disetiap mata kuliah, selalu mengerjakan tugas, dan aktif dikelas. Itulah si rajin.
Si rajin ini juga pinter gambar tokoh dalam  komik loh ! Hingga di usianya yang belum genap 20 tahun, ia sudah memakai kacamata. “Masa depannya cerah !”, mungkin itu yang terlintas dipikiran orang-orang yang melihat penampilannya. Tapi kalau menurut saya,” biasa aja kalee !”.
Ya, setiap orang memiliki penilaian yang berbeda. Karena Indonesia adalah Negara yang Demokrasi. “Wuiih, sok tau tapi bener kan?”, hehehehe.
Sedangkan si pemalas, ia adalah mahasiswa yang tidak layak untuk dicontoh. Selalu menjadi bahan perbincangan  miring oleh setiap dosen. Para dosen mengeluh karena si pemalas tidak pernah hadir dikelas, tidak pernah mengerjakan tugas, dan terlihat semaunya sendiri. “Mau jadi apa dia?”,  mungkin keluh setiap dosen.

Meskipun si pemalas tidak terlihat menonjol dikelas, namun dia memiliki soft skill yang cukup mengagetkan teman-temannya. Si pemalas pernah meraih runner up dalam Turnamen Olahraga bidang Catur di Universitas tempat dia menuntut ilmu. Cukup mengherankan, seorang mahasiswa pemalas bisa meraih runner up dalam turnamen catur. Meskipun tidak meraih juara satu, namun prestasinya layak untuk diperhitungkan. Padahal catur adalah bidang olahraga yang cenderung menggunakan otak daripada fisik. Selain itu si pemalas juga memiliki pekerjaan serabutan ditempat asalnya, yaitu sebagai model. Meskipun hanya model  amatiran , namun si pemalas ini selalu berusaha untuk profesional dengan pekerjaannya tersebut. Dan selalu meraih hasil yang maksimal dalam setiap pemotretannya. “Woow, keren !”, mungkin itu kata-kata yang diucapkan setiap wanita yang memujinya.
“Gue malah jadi salut sama si pemalas”, ujar saya dalam hati. Karena mungkin itu termasuk kategori si penulis, hehehehehe.

Suatu hari, si pemalas berangkat kuliah dan tepat waktu. “Tumben amat !”, mungkin itu yang ada dibenak para pembaca.
 Ya,karena  hari itu adalah hari ujian mid semester mata kuliah Sang Dosen Killer. Sesampainya dikampus, si pemalas bertemu dengan si rajin, dengan pede nya si pemalas menyapa, “Hai bro, gimana kabarnya? Udah belajar buat ujian nanti belum?”. Si rajin pun menjawab dengan sinis, “Ahh, apaan lo? Lo aja gak pernah masuk kuliah. Si pemalas pun malah tertawa dan seraya berkata, “Ehh, gue emang jarang masuk kuliah tapi gue  udah nyari materi di mbah google. “Halah, dapet materi dari mbah google aja bangga !” jawab si rajin dengan sedikit ngotot dan kemudian berjalan meninggalkan si pemalas untuk menuju kelas. Si pemalas pun tersenyum kecut. “Awas aja lo !”, kata si pemalas dalam hati.
Maklumlah, si pemalas ini memang orangnya mudah marah, bukan berarti gak penyayang loh. Hehehehehehehe. . .
Dosen yang dikenal paling menyebalkan dan killer telah masuk kelas dengan raut wajah seperti harimau yang akan menerkam mangsanya. Lembar jawab pun dibagikan.
Si rajin yang terlihat paling menonjol dikelas, sok menawarkan bantuan kepada Dosen Killer tersebut, alias cari muka. Sedangkan si pemalas, duduk dikursi paling belakang, pojok, dengan santai dan rileks. Serta penampilannya yang madesu (masa depan suram). Tapi lumayan cool untuk mahasiswa yang memiliki sambilan sebagai model. Sesuai dengan pekerjaannya.
Ujian pun dimulai, waktu kurang lebih 90 menit, dengan 5 soal yang ditulis di whiteboard . Setiap soal memiliki jawaban kurang lebih satu paragraph. “Wuiih, udah kayak mau bikin karangan narasi aja nih, ujar si pemalas dalam hati.
Si rajin terlihat diam dan serius, seolah dia bisa menjawab seluruh soal dengan jawaban yang benar dan tepat.
“Gue harus dapet nilai lebih bagus daripada dia”, tekad si pemalas. Mengingat bahwa sebenernya si rajin ini adalah musuh dalam selimut.
Dengan serius, tegang, dan berkeringat. Si pemalas dengan mantapnya menggoreskan tinta di lembar jawab ujian, berharap bahwa nilainya bisa lebih baik daripada si rajin. Ia menyadari jika jarang masuk kuliah, tapi bukan berarti harus kalah. “Pepatah yang bagus sih! , hehehehehe”.
Akhirnya si pemalas selesai mengerjakan ujian, mendahului si rajin.
Melihat si rajin masih sibuk mengerjakan ujian, si pemalas pun bertanya kepada teman sebelahnya, “Ehh, menurut lo, si rajin tu orangnya pinter gak sih?”. “Menurut gue sih biasa-biasa aja tuh, ya dari tampangnya sih kelihatan orang pinter”, jawab temannya.
Kemudian si pemalas pun berpikir, bahwa kesempatannya untuk meraih nilai lebih baik daripada si rajin akan berhasil.
Waktu ujian pun telah habis, tampak Dosen Killer berjalan menghampiri setiap kursi untuk mengambil lembar jawab ujian. Si rajin pun akhirnya telah selesai mengerjakan ujiannya.  Dan seperti biasa, ia kembali cari muka kepada Dosen Killer.
Si pemalas dengan mengucap basmallah dan berdo’a semoga nilai ujiannya mendapatkan hasil yang memuaskan. Kemudian ia keluar kelas dan tersenyum kepada si rajin, sambil berkata dalam hati, “Gue pasti menang!”.
Setelah ujian mid semester selesai, si pemalas kembali seperti semula, yaitu menjadi mahasiswa pemalas dan jarang masuk kuliah. Lain halnya dengan si rajin, yang malah menjadi semakin rajin masuk kuliah dan mengikuti segala apa yang ada dikelas.
Ya, emang dasar si pemalas. Huuh !
Seminggu kemudian nilai ujian mid semester dari mata kuliah Dosen Killer pun telah diumumkan. Serta untuk yang kesekian kalinya teman-teman si rajin kembali dikagetkan dengan hasil ujian yang didapatkan oleh si pemalas. Tanpa disangka, si pemalas mendapatkan nilai B, sedangkan si rajin mendapatkan nilai C.
Si rajin dan teman-temannya geleng-geleng kepala, heran.
Dosen Killer memberikan arahan positive kepada si rajin untuk lebih giat belajar lagi. Kemudian, si rajin pun bertanya, “Bu, kok si pemalas dapat nilai B?. Dosen Killer pun menjawab seraya tersenyum, “Karena jawabannya lebih tepat dan tulisannya sangatlah rapi dan bagus. Padahal jarang sekali cowok memiliki tulisan yang rapi dan sebagus itu”.
Si rajin pun tampak sedikit kecewa dengan hasil ujiannya. Ia benar-benar tidak menyangka kalau si pemalas bisa mendapat nilai ujian lebih baik daripada dirinya. “Sungguh aneh”, ujarnya dalam hati.
Seusai kuliah, si pemalas menghampiri si rajin. Dengan senyum manisnya, si pemalas berkata, “Bro, terima kasih, ya”. “Terima kasih untuk apa?”, tanya si rajin dengan wajah sedikit kebingungan. Kemudian si pemalas menepuk pundak si rajin seraya menjawab, “Karena kamulah, aku menjadi termotivasi untuk bersaing”. Si rajin pun mengerti. Ia tersenyum, sambil berjalan pulang meninggalkan si pemalas.
Si rajin pun berpikir. Ternyata dibalik sifat buruknya si pemalas, ternyata masih ada keberanian serta kepercayaan diri untuk berani bersaing dengan sportif. Meskipun dia menang dan mendapatkan nilai bagus, dia juga tidak sombong.
Si rajin pun sadar, bahwa manusia diciptakan dengan segala kekurangan dan kelebihan masing-masing. Dan itu telah terbukti pada dirinya sendiri dan si pemalas.